Produk populer: Facebook, semesta dalam genggaman



Dewasa ini, Siapa yang tidak kenal dengan facebook. Sosial media yang satu ini sangat populer di zaman sekarang. Betapa tidak, Tercatat 38,6% dari populasi dunia menggunakan Facebook. Dikutip dari sumber yang sama, Indonesia menempati posisi keempat dalam 10 negara  pengguna facebook terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Brazil dengan Jumlah Pengguna Aktif: 60,3 Juta dan Jumlah Populasi: 253,6 juta jiwa. Menurut data yang dikemukan oleh Statista.com, Facebook yang memperkerjakan 6337 karyawan ini berhasil meraih pendapatan hingga US$. 7,87 milyar pada tahun 2013. Sebagian besar penghasilan facebook berasal dari hasil penjualan Iklan.  sumber: Ilmupengetahuanumum.com

Pengguna facebook umumnya adalah kalangan remaja, hal ini dipengaruhi oleh sifat dan keadaan kalangan remaja sedang dalam tahap yang eksistensialis. Dengan adanya media sosial ini, kalangan remaja bebas mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan berupa status, juga dengan foto serta video pendek. Apalagi dengan adanya emoticon lucu yang menggambarkan setiap emosi dari penggunanya.

Ketenaran facebook tidak semena-mena berdampak positif, yaitu sebagai media berekspresi dan memperbanyak kenalan dan teman. Tetapi karena semakin banyak penggunanya yang terdiri dari berbagai suku dan ras (khusus di Indonesia), facebook kini digunakan sebagai media pengadu domba, penyebaran informasi hoax, pelecehan sosial, dan bahkan pornografi. Ini merupakan salah satu ciri dari produk populer, yaitu produk yang memiliki kualitas rendah, mudah diterima oleh khalayak. Karena yang terpenting adalah seberapa banyak konsumennya seperti yang dimaksud Mukerji di bawah ini, hal yang paling penting dari budaya populer adalah konsumen atau audien, karena ini berbeda dengan budaya adiluhung yang menekankan pada proses kreatif (Adi 2011:12). Dengan facebook, kita akan dapatkan informasi yang di-share massal oleh pengguna facebook yang “kurang pintar”. Misalnya ada suatu artikel yang ditulis oleh seorang oknum demi kepentingan sendiri, yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan lawan, mengadu domba, dan segala hal buruk lainnya, biasanya pengguna facebook hanya membaca judulnya saja. Karena dia setuju, akhirnya disebarluaskan dan menjadi hama bagi pengguna lainnya. Pihak facebook bukan tidak memberikan pengamanan untuk masalah seperti ini yaitu dengan memblokir akun yang berkaitan. Namun apakah akan selesai sampai di situ? Tidak. Oknum tadi bisa saja membuat akun baru untuk melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Penyelesaian atau cara untuk menindaklanjuti masalah seperti ini yang kurang – bahkan mungkin tidak ada (setahu saya).

Menurut Mukerji dalam Adi (2011:10) budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktik-praktik dan objek yang menyatu dalam kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini mengacu pada  kepercayaan adat, praktik-praktik dan objek yang diproduksi  dari pusat-pusat komersil dan politik. Produk populer
Sebenarnya, orang-orang tidak memiliki kubutuhan yang sangat terhadap facebook, tapi mengapa facebook laku/ramai/populer? Karena facebook diprouksi dan akhirnya menjadi sebuah budaya dalam masyarakat. Burton (1999:35) produksi kebudayaan merujuk pada ide bahwa dalam era produk massa, budaya adalah benda yang dimanufaktur (diproduksi), atau setidaknya mengguankan produk yang dimanufaktur.

Menurut Bigsby dalam Adi (2011:12) bahwa budaya populer adalah melalui masyarakat yang menciptakannya, dan adanya unsur ekonomi dalam budaya populer merupakan produk suatu masyarakat industri sebagai tempat masive ekonomi mendominasi hampir di setiap segi budaya dan kehidupan masyarakat tersebut.

Akhirnya, budaya populer selalu dikatakan berkaitan dengan motif ekonomi. Semakin populer suatu produk, maka semakin banyak tiruannya yang bahkan jauh lebih rendah dari kualitas aslinya. Keberhasilan budaya populer bukan diukur dari seberapa manfaatnya untuk kaum, tapi seberapa laku produk ini dikonsumsi oleh kaum.

Daftar Pustaka
Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Pupoler: Teori dan Metode Kajian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Burton, Graeme. 1999. Media dan Budaya populer. Jalasutra: Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH DRAMA

Makalah Penalaran

Rahasia Angka dalam Al Quran