Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu
Dalam filsafat ilmu terdapat tiga aspek yang juga perlu kita
pelajari, yaitu:
Aspek Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu
tentang yang ada. Sedangkan, menurut
istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani
maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari
sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah
ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.
Selain Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek
ontologi ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan.
Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungi untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tertentu, yaitu: Determinisme (suatu paham
pengetahuan yang sama dengan empiris), Probablistik (paham ini tidak sama
dengan Determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih
dahulu), Fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai paham penengah antara
determinisme dan pilihan bebas), dan paham pilihan bebas. Setiap ilmuan
memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka
mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai
suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh
kesimpulan yang berantakan.
Aspek Epistemologi
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang
mengikuti perkembangan zaman.Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin
banyak khasanah kita.Dan pengetahuan inilah yang menjadi batasan-batasan kita
dalam menelaah suatu ilmu.Hal ini yang mengakibatkan ilmu zaman dahulu dan
zaman sekarang berbeda.Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi.Teknologi
zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi
fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah.
Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika,
yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Analogi, analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain.
Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi
secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus.
Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang
pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
Premis Minor,
premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan
dalil-dalilnya.
Contohnya, premis mayor : semuaorang akhirnya akan mati.
premis minor : Hasan
adalah orang
Aspek Aksiologi
Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk
apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral
conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk
mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu.Namun, salah satu tanggungjawab
seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang menemuannya,
sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan moral
adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang
meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.
Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan (knowledge).Ilmu memang
berperan tetapi bukan dalam segala hal.Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila
objektif, metidis, sistematis, dan universal.Dan knowledge adalah keahlian
maupun keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman maupun pemahanan dari
suatu objek.
Sains merupakan kumpulan hasil observasi yang terdiri dari
perkembangan dan pengujian hipotesis, teori, dan model yang berfungsi menjelaskan
data-data.
PARADIGMA DALAM ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan
penerapan ilmu yang menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.Paradigma kemudian berkembang menjadi sebuah sumber nilai, kerangka
berpikir, orientasi dasar, dan sumber asas.
Singkatnya, paradigma adalah sesuatu yang dapat dibuktikan oleh panca ibdra
manusia
PARADIGMA
Ilmu adalah pengertahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut.Ilmu biasanya
mempelajari tentang aspek kehidupan manusia, hubungan namusia dan antarmanusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
apa yang diciptakan manusia dan dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan alam.
Yang dimaksud dengan pertentangan disini adalah apabila kita mempelajari
asal-usul manusia, kita akan mengatakan manusia itu berasal dari Tuhan atau
manusia itu ciptaan dari Tuhan saat kita meninjau dari Humaniora, dan kita akan
mengatakan manusia itu berasal dari revolusi kera saat kira meninjau dari ilmu
pengetahuan alam. Pada dasarnya saat kita mempelajari sesuatu dengan humaniora
tidak ada yang mampu menyangkal, karena humaniora dapat mempertanggungjawabkan
hasil dari sebuah pernyataannya.Hubungan antara paradigma dan humaniora adalah
paradigma merupakan dasar dari humaniora agar tidak melenceng..
Humaniora dapat membagi manusia menjadi beberapa tahap,
yaitu homo animal, homo erektus, homo safien, homo faber, homo luden, human,
human being.Humaniora berfungsi meminimalis probabilitas negatif.
Paradigma dan ilmu sosial saling berkaitan, ilmu sosial
adalah sebuah kaidah yang mendasari setiap disoplin ilmu.Ilmu selalu bersifat
empiris.Dan untuk membuktikan kebenaran sebuah ilmu tersebut dibutuhkan sebuah
paradigma sebagai acuan dasar kebenarannya. Ilmu sosial dan humaniora pun juga
mempunyai hubungan, yaitu keduanya sebagai kaidah dasar cara bernalar.
ILMUWAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan
dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.Asalkan sesuatu itu memenuhi
syarat-syarat dan ketentuan orang-orang yang ada di wilayah tersebut, sesuatu
itu langsung bisa diterima sebagai kumpulan ilmu pengetahuan.Penciptaan suatu
ilmu bersifat individu, sedangkan komunikasi dan penggunaan ilmu bersifat
sosial.Seorang yang menciptakan sebuah ilmu disebut ilmuwan.Seorang ilmuwan
berperan penting dalam kelangsungan kehidupan suatu masyarakat.Dengan demikian,
ilmuwan mempunyai tanggungjawab penting dalam dirinya karena setiap makhluk
hidup tidak dapat lepas dari sebuah tanggungjawab. Tanggungjawab seorang
ilmuwan lebih besar dari pada orang-oramg awam lainnya,karena seorang ilmuwan
mempunyai ilmu yang cukup diatas orang awam lainnya. Tanggungjawab seorang
ilmuwan ini tidak hanya mampu menelaah ilmu tetapi juga harus ikut bertanggungjawab
atas kelangsungan sebuah ilmu tersebut digunakan, sehingga ilmu tersebut dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupannya.
1. Pengertian
ilmu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu ialah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerapkankan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan tersebut, seperti ilmu hukum,
pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. Menurut Mohammad Hatta ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan lam suatu hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama
sifatnya, baik menurut kedudukannya maupun menurut hubungannya. Dapat
disimpulkan ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
dengan menggunakan metode-metode tertentu
2. Pengertian
ilmuwan
Ilmuan bermakna ahli atau pakar. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata ilmuwan bermakna orang yang ahli atau banyak pengetahuannya
mengenai suatu ilmu, atau orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan. Dari beberapa pendapat ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau
aktivitas dalam kaitannya bidang keilmuwan. Istilah ilmuan dipakai untuk
menyebut aktivitas seseorang untuk menggali permasalahan ilmuwan secara
menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil
kerja mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut
kepada masyarakat awam, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada di
pundaknya.
Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan. Apabila dalam suatu masyarakat terdapat
suatu masalah, seorang ilmuwanlah yang mempunyai peran imperatif karena seperti
dikatakan diatas, dia mempunyai latar ilmu yang cukup untuk menempatkan masalah
tersebut dalam proporsi yang sebenarnya. Namun dalam bidang lain, seorang
ilmuwan juga akan dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat umum dan kehidupan yang akan datang. Tanggungjawab sosial
seorang ilmuwan juga termasuk bagaimana menyelesaikan masalah dalam sebuah
masyarakat.
3. Ciri Ilmuawan
Seorang ilmuawan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi, kejujuran,
jiwa terbuka, dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada
akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua itu ialah penghayatan terhadap etika
serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu harus pilihan juga sekaligus
junjungan utama.
4. Syarat-Syarat
yang harus Dipatuhi Seorang Ilmuwan
Seorang ilmuwan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya:
a. Prosedur
ilmiah
b. Metode ilmiah
c. Adanya suatu
gelar yang berdasarkan pendidikan formalnya yang ditempuh
Kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan yang besar,
ketertarikan pada perkembangan Ilmu Pengetahuan terbaru dalam rangka
profesionalitas keilmuannya.
5. Pengertian
Tanggung Jawab Sosial
Dalam Bahasa inggris, responsibiliti; dari latin responsum
(jawaban konsep tanggung jawab), berdasarkan ide-ide sebagai berikut:
a. Kewajiban.
Terdapat tindakan-tindakan yang harus dan dapat dijalankan
oleh makhluk hrasional.
b. Liabilitas
atau impulabilitas ( kemungkinan untuk digugat).
Kelalaian seseorang terhadap tindakan ini dapat dikenakan
hukuman.
c. Ketaatan
seseorang terhadap tindakan-tindakan ini berkaitan dengan ganjaran
(penghargaan, pujian).
Aturan Dari ketiga ide di atas didasarkan pada pandangan
bahwa.
Motif-motif
manusia merupaka sebab perilaku;
Motif-motif itu
dapat dikondisikan (dikontrol, dipengaruhi, dan disesuaikan) oleh hal-hal
seperti: ganjaran dan hukuman.
Motif- motif ini harus dan layak dikondisikan.
Masalah yang kadang terjadi dalam kehidupan dewasa ini
adalah demonstrasi yang dimana masyarakat mengekspresikan pendapatnya di depan
umum, namun terkadang menimbulkan kerusuhan, atau remaja yang melakukan
penyimpangan sosial dengan melakukan kenakalan-kenakalan remaja. Seorang
ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang
berkembang berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi dimasyarakat.
Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat umum yang mana
dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan
tersebut dapat merumuskan jalan keluar yang akan dilakukan.
Namun, bagaimana seorang ilmuwan harus bersikap ketika
menghadapi sebuah pemikiran yang telah keliru dalam masyarakat? Seorang ilmuwan
tidak akan menolak maupun menerima suatu pemikiran begitu saja sebelum dia
meneliti dan mencermati pemikiran tersebut sebelumnya. Dan disinilah yang
sangat membedakan orang awam dengan seorang ilmuwan. Dia akan berbicara kepada masyarakat
saat dia mengetahui sebuah pemikiran yang salah tersebut. Dia akan menjelaskan
dimana kesalah pemikiran tersebut, menjelaskan konsekuensi apa yang akan
diterima jika menggunakan pemikiran tersebut, dan akan menjelaskan pula
pemikiran apa yang benar.
6. Hubungan Ilmu
dengan Ilmuwan
Ilmu dan ilmuwan merupakan satu kesatuan atau sebab akibat,
yaitu ilmuwan mencari, menemukan, menerapkan pengetahuannya yang terbentuk
dalam sebuah teori atau ilmu. Ilmuwan dan tanggung jawab sosial pemikiran tersebut,
menjelaskan konsekuensi apa yang akan diterima jika mengguanakan pikiran
tersebut, dan akan menjelaskan pula pemikiran apa yang benar. Ilmuwan
bertanggung jawab dalam hal memberikan ramalan-ramalan berdasarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan-permasalahan yang sedang menggejala maupun
yang tersimpan dalam kehidupan masyarakat.Ilmuwan dalam rangka itu bukan saja
mengendalikan pengetahuan dan daya isinya, namun juga integritas kepribadiannya
dalam suatu kehidupan sosial yang luas dan mendalam.
Logika, Etika, dan Estetika
1. Pengertian Logika, Etika, dan Estetika
1.1 Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang berpangkal pada
penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu.
Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu,maka logika merupakan
“jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika
didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya
bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu
kesimpulan.
Logika adalah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang
lurus. Ilmu pengetauan ini menguraikan tentang aturan – aturan serta cara –
cara untuk mencapai kesimpulan.
Berdasarkan proses penalaran dan juga sifat kesimpulan yang
dihasilkannya, logika dibedakan atas logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan
sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang
terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai
dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena
proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika induktif adalah sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal
khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.Kesimpulan
hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan – pernyataan yang telah
diajukan. Bagi logika deduktif ada perangkat aturan yang dapat diterapkan ampir
– ampir secara otomatis, sedangkan bagi logika induktif tidak ada aturan – aturan yang demikian itu kecuali
hukum – hukum probabilitas. Sejarah Perkembangan Logika :
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM),
sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran
dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan
nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai
logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam
logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang
sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M),
seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran
logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie.Dalam
bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan
sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi.Dengan demikian,
logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M)
yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis
Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik
lainnya.Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan
menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika
berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi
buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang
mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam
perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak
Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa
terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih
luas.Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari
berbagai kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada
penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain
penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz.Ia menganjurkan
penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya
dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli
matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan
menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang
terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi
dengan sistem deduksi.Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan
induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran
mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan.Jadi, kedua-duanya bukan
merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling
membantu.Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal
dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak
buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika.Dan sejak pertengahan abad
ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik.Pelopor
logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan
Augustus de Morgan.Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang
cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan
(1806-1871) merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan
besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika
simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan
analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang
kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan
dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan
merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing
dianggap sebagai himpunan.Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada
awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari
Inggris Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul
Principia Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis
Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata
pelajaran pada perguruan-perguruan umum.Pelajaran logika cuma dijumpai pada
pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan
buku-buku berbahasa Arab.Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai
berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada
perkembangan teori himpunan.
1.2 Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul.Sistem pengaturan pergaulan tersebut
menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga
kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram,
terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Etika marupakan cabang aksiologi yang pada intinya
membicarakan predikat – predikat nilai benar dan salah.Sebagai pokok bahasan
yang khusus, etika membicarakan sifat – sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut susila atau bajik.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini :
- Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang
dapat ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia
dalam hidupnya.
Etika lebih bersangkutan dengan pembicaraan mengenai prinsip
– prinsip pembenaran dibandingkan dengan pembicaraan yang bersangkutan dengan
keputusan – keputusan yang sungguh – sungguh telah diambil.Etika tidak
memberikan pedoman – pedoman terperinci atau ketentuan – ketentuan yang tegas
serta tetap mengenai bagaimana caranya idup secara bijak.
Istilah etika dipakai dalam dua macam arti.Arti pertama
dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan – perbuatan manusia. Arti kedua merupakan predikat yang dipakai untuk
membedakan hal – hal, perbuatan – perbuatan, atau manusia – manusia tertentu
dengan hal – hal, perbuatan – perbuatan, atau manusia – manusia yang lain.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan
apa yang perlu kita lakukan.
1.3 Estetika
Estetika adalah salah satu cabang filsafat.Hakikat keindahan
dinamakan estetika. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas
keindahan, meskipun demikian, estetika mempersoalkan pula teori – teori
mengenai seni, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa.Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
filosofi seni.sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
2. Peran
Logika,Etika, dan Estetika dalam Ilmu
2.1 Peran Logika dalam Ilmu
Untuk menemukan suatu kebenaran kita menggunakan logika yang
pada dasarnya terdiri dari angkah- langkah sebagai berikut.
Perumusan masalah
: yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas- batasnya,
serta dapat diidentifikasikan faktor- faktor yang terkait di dalamnya.
Penyusunan
kerangka berfikir dalam mengajukan hipotesis : yang merupakan agumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling
mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis- premis ilmiah yang telah teruji kebenaannya
dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relefan dengan
permasalahannya.
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari kerangka berfikir yang dikembangkan.
Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta- fakta
yang relefan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta- fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Penarikan kesimpulan yang merupakan penelitian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.Hipotesis yang diterima dianggar
menjadi pengetahuan karena telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni telah
teruji kebenarannya.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan
yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah diuji secara empiris
dengan tahapan- tahapan yang menggunakan logika.Ilmu tidak bertujuan untuk
mencari kebenaran absolute melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia
dalam tahap perkembangan tertentu.
2.2 Peran Etika dalam
Ilmu
Dari sudut
multikulturalisme, pertanyaan tentang makna perilaku orang lain merupakan salah
satu pertanyaan pertama yang harus disampaikan sebagaiman yang telah kita
ketahui, ciri utama kepekaan multikultural adalah kesadaran bahwa orang lain
melakukan sesuatu yang berbeda ari cara kita sendiri dan cara- cara kelompok kita
dalam melakukan segala sesuatu. Anda tidak dapat mengasumsikan bahwa apa yang
anda maksud dengan tutur atau isyarat atau praktik itu tidaklah sama dengan
yang dimaksudkan orang lain. Akibatnya kaidah utama multikulturalisme adalah
sesuatu dihadapkan pada perilaku orang lain. Janganlah memberikan pra anggapan
bahwa perilaku itu memiliki maksut yang sama seperti saat anda memperlihatkan
perilaku tersebut, hendaknya selalu menanyakan apa maksut perilaku itu/? Dengan
pra anggapan bahwa makna ini kemungkinan berbeda dari apa yang tampak sekilas.
Tindakan manusia merupakan gambaran sipa dirinya karena
adanya makna yang diungkapkannya.
Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin baik pula perbuatan
kita?Apakah manusia yang memilki penalaran tinggi lalu makin berbudi?Sebab
moral mereka dilandasi analisis yang hakiki ataukah malah sebaliknya, makin
cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?Manusia sangat berhutang pada ilmu
dan teknogi.
Menurut faham yunani bentuk tertinggi dari ilmu adalah
kebijaksanaan.Bersama itu terlihat sikap etika.Di zaman yunani itu etika dan
politik saling berjalan erat.Kebiksanaan politik mengajarkan bagaimana manusia
harus mengalahkan Negara. Sebaliknya, ilmu tidak mengubah apa- apa. Nilai dari
ilmu terletak pada penerapannya.
2.3 Peran Estetika dalam Ilmu
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi
seni dengan pengalaman- pengalaman kita yang berhubunagn dengan seni.Hasil-
hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip- prinsip yang dapat dikelompokkan
sebagai rekayasa, pola, bentuk dan sebagainya.
Adapun yang mendasari filsafat pendidikan dan estetika
pendidikan adalah lebih menitikberatkan kepada “Predikat” keindahan yang
diberikan pada hasil seni dalam dunia pendidikan sebagai mana diungkapkan oleh
Rundall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni :
Seni sebagai
penembusan terhadap realitas, selain pengalaman
Seni sebagai alat
kesenangan
Seni sebagai
ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman
Namun lebih jauh dari itu untuk dunia pendidikan hendaklah
nilai estetika menjadi patokan penting dalam proses pengembangan pendidikan
yakni dengan menggunakan pendekatan estesis-moral, dimana setiap persoalan
pendidikan coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarat
luas. Ini berarti pendidikan diorientasikan pada upaya menciptakan suatu
kepribadian yang kreatif, berseni.
3. Yang Mempengaruhi Logika, Etika, dan Estetika dalam Ilmu
3.1 Logika
Seperti diketahui penalaran merupakan suatu proses yang
menghasilkan pengetahuan, yang harus dipertanggungjawabkan, maka penarikan
kesimpulan yang valit harus didapat dengan cara tertentu, Dalam berfikir kita
memerlukan sebuah penalaran itu yang sejalan dengan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Hal demikianlah kata logika
itu ada.Dalam usaha untuk memasarkan fikiran-fikirannya serta
pendapat-pendapatnya. Filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah
pikiran yang lain dengan menenjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan
untuk melakukan pembuktian.Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku
dan yang tidak.Dengan adanya sebuah pemikiran hingga menghasilkan suatu
penarikan kesimpulan yang disebut dengan logika tersebut, harus mempunyai
kefaliditasan sebuah argumen yang ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh
isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni
hubungan antara kesimpulan dan bukti-bukti yang diberikan ( premis ). Di dalam
mengahasilkan suatu kesimpulan terdapat dua cara yakni : penelaran diduktif dan
penalaran induktif
Penalaran Deduktif merupakan penalaran yang membangun atau
mengefaluasi argument deduktif.Argument deduktif jika kebenaran dari kesimpulan
ditarik/ merupakan konsekwensi logis dari premis-premisnya.Argument dinyatakan
falid atau tidak falid, bukan benar atau salah.Dinyatakan falid, jika
kesimpulannya merupakan konsekwensi logis dari premisnya.
Contoh : 1. Setiap mamalia mempunyai sebuah jantung
2. Semua kuda adalah mamalia
3. Setiap kuda mempunyai sebuah jantung ( kesimpulan).
Penalaran induktif
merupakan penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum
Contoh : 1. Kuda sumba mempunyai sebuah jantung
2. Kuda Autralia mempunyai sebuah jantung
3. Kuda Amerika mempunyai sebuah jantung
4. Kuda Inggris mempunyai sebuah jantung
5. Setiap kuda memiliki sebuah jantung
Berikut yang mem bedakan penalaran deduktif dan induktif
Deduktif
Induktif
Jika semua benar,
maka kesimpulan pasti benar
Semua informasi
atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekarang-sekarangnya secara implisit
dalam premis
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tidak
pasti.
Kesimpulan memuat informasi yang tidak ada bahkan secara
implicit, dalam premis.
Sebuah logika dipengaruhi dari kenyataan- kenyataan umum
yang ada dalam kehidupan kita.Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta- fakta
tersebut.Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta- fakta yang dipaparkan,
pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu, melainkan
menekankan kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta tersebut.
3.2 Etika
Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan juga mengenai hak dan kewajiban moral. Etika berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat ada sudah turun- temurun seperti sudah ada suatu ketetapan
menentukan mana yang benar dan mana yang salah.Penetapan dalam etika dipengaruhi
oleh kebiasaan yang ada dalam masyarakat.Di mana kebiasaan itu merupakan suatu
peristiwa fakta yang sering terjadi dansecara tidak langsung menjadi suatu
etika.
3.3 Estetika
Estetika mempunyai suatu pengertian keindahan yang mana
setiap orang berbeda
menyikapinya.Cabang ilmu filsafat ini sangatlah dekat dengan filosofi
ini. Estetika ini bisa diwujudkan berupa suatu karya, namun perubahan pola
pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi
penilaian terhadap keindahan itu sendiri. Jadi yang mempengaruhi
estetika bergantung pada individu masing- masing.
4 Hubungan
Logika, Etika dan Estetika dalam Ilmu
Sebelum kita mengetahui dan mempelajari lebih jauh antara
hubungan Logika, Etika dan Estetika dengan ilmu terlebih dahulu kita harus mengetahui
pengertian ketiga unsur tersebut , dan beberapa pengertiannya adalah sebagai
berikut.
Logika :
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran
itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu
cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan baru dianggap shahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan
tersebut dinamakan logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai pengkajian untuk berpikir secara shahih.
Oleh karena itu cukup jelas bahwa logika merupakan
pengetahuan tentang kaidah berpikir dengan jalan pikiran yang masuk akal , dan
logika merupakan suatu penalaran dimana setelah itu akan muncul suatu
metafisis “benar atau salah.”
Etika :
Adalah perilaku terhadap kesantunan atau tata krama yang terikat oleh hukum sosial.
Sesuatu yang dianggap baik atau buruk didalam etika sangat bergantung pada
budaya masing-masing individu atau bisa dikatakan bahwa etika selalu bersikap
normatif (sesuai dengan norma yang berlaku). Etika juga menjelaskan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak).
Estetika :
Cabang dari filsafat yang membahas dan menelaah tentang seni
dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya dalam kata lain yang indah atau yang jelek.
Estetika berhubungan erat dengan proses timbal balik antara subyek dan obyek
untuk memperoleh kesenangan. Estetika (keindahan) merupakan proses diakteki
yang serasi antara beberapa unsur, yaitu diri kita, manusia lain, lingkungan
dan alam. Untuk dapat memperoleh estetika yang dianggap benar ketiga unsur
tersebut tidak dapat dilupakan.
Dari ketiga definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa
logika, etika, dan estetika saling berhubungan erat dalam pembentukan ide yang
dituangkan dan dikelola berdasarkan logika .Dalam mempelajari ilmu-ilmu untuk
mendapatkan kejelasan dan tidak ada keraguan landasan, logika harus diterapkan
untuk dijadikan sebagai pedoman. Jika memang ilmu itu benar maka benar dan jika salah maka kita gunakan ilmu yang benar.
Sehingga dalam prosesnya kita dapat memahami dan menerapkannya dengan baik.
Yang kedua etika dlam proses mempelajari ilmu unsur etika sangat mendukung sebab etika berhubungan langsung dengan norma
dan budaya . Dalam mempelajari ilmu kita harus memperhatikan perilaku kita dan
jangan sampai ilmu yang kita miliki merugikan dan bahkan merusak norma dan kebudayaan
yang kita miliki. Jika hal tersebut terjadi maka sanksi sosial lah yang akan
kita terima. Dan yang terakhir adalah nilai estetika (keindahan). Ilmu akan
lebih bermanfaat , jika bisa disebut ilmu itu indah, maksudnya ilmu dapat
diterima dari beberapa unsur keindahan diri kita sendiri, manusia lain, dan
alam serta lingkungan.
Dalam filsafat ilmu terdapat tiga aspek yang juga perlu kita
pelajari, yaitu:
Aspek Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu
tentang yang ada. Sedangkan, menurut
istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani
maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari
sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah
ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.
Selain Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek
ontologi ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan.
Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungi untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tertentu, yaitu: Determinisme (suatu paham
pengetahuan yang sama dengan empiris), Probablistik (paham ini tidak sama
dengan Determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih
dahulu), Fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai paham penengah antara
determinisme dan pilihan bebas), dan paham pilihan bebas. Setiap ilmuan
memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka
mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai
suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh
kesimpulan yang berantakan.
Aspek Epistemologi
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang
mengikuti perkembangan zaman.Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin
banyak khasanah kita.Dan pengetahuan inilah yang menjadi batasan-batasan kita
dalam menelaah suatu ilmu.Hal ini yang mengakibatkan ilmu zaman dahulu dan
zaman sekarang berbeda.Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi.Teknologi
zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi
fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah.
Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika,
yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Analogi, analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain.
Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi
secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus.
Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang
pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
Premis Minor,
premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan
dalil-dalilnya.
Contohnya, premis mayor : semuaorang akhirnya akan mati.
premis minor : Hasan
adalah orang
Aspek Aksiologi
Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk
apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral
conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk
mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu.Namun, salah satu tanggungjawab
seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang menemuannya,
sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan moral
adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang meminta
permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.
Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan (knowledge).Ilmu memang
berperan tetapi bukan dalam segala hal.Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila
objektif, metidis, sistematis, dan universal.Dan knowledge adalah keahlian maupun
keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman maupun pemahanan dari suatu
objek.
ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU
1. PENGERTIAN ONTOLOGI
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan
mengalami dinamika dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan
ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi suatu
disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu
ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori
nilai (aksiologi
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua
Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh
satu perwujudan tertentu.Membahas tentang yang ada, yang universal, dan
menampilkan pemikiran semesta universal. Berupaya mencari inti yang temuat
dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya
Sedangkan Jujun S.
Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian
mengenai yang “ada
Menurut Sidi Gazalba, ontologi mempersoalkan sifat dan
keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu, disebut ilmu hakikat yang
bergantung pada pengetahuan.Dalam agama, ontologi mempersoalkan tentang Tuhan
Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan ontologi berasal dari
kata yang berwujud.Ontologi adalah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat
yang ada. Ontologi tak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada
logika semata-mata
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
Menurut bahasa,
ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Jadi,
ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut islitah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk
jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak.
2. ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI
Dalam mempelajari ontologi muncul beberapa pertanyaan yang
kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat.Dari masing-masing pertanyaan
menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi.Pertanyaan itu berupa
“Apakah yang ada itu? (What is being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu? (How is
being?)”, dan “Dimanakah yang ada itu? (What is being
Apakah yang ada itu? (What is being?)
Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir lima filsafat,
yaitu sebagai berikut :
Aliran Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak
mungkin dua.Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal
berupa materi ataupun berupa ruhani.Tidak mungkin ada hakikat masing-masing
bebas dan berdiri sendiri.Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok
dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf
yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide
merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan ruhani.Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta
Aliran pemikiran ini
dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat
bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander
(585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa
udara merupakan sumber dari segala kehidupan.Demokritos (460-370 SM)
berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya,
tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal
kejadian alam
Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa.[10] Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada
sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak
dibalik yang fisik.Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap
hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu.
Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada
kebenaran sejati.[11]
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato
(428-348 SM) dengan teori idenya.Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti
ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu.Alam nyata yang menempati
ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang
menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.[12]
Aliran Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda
dan roh, jasad dan spirit.Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi.Hubungan keduanya menciptakan kehidupan
dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern.Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah
dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam
bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia
(1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan
Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping
Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm
von Leibniz (1646-1716 M
Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata.Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and
Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri
dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini
adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran
yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan
lepas dari akal yang mengenal.
Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing
atau tidak ada.Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif.Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di
Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak
zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan
tiga proposisi tentang realitas.Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis.
Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun
realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M).
Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata
manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di
mana ia hidup.
1.Aliran Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda.Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.Kata agnostisisme
berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown.A artinya not, gno
artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal
dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri
dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan
tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan
julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia
tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang
sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain.
Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa
satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat
memahami dirinya sendiri.Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M),
yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia
bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme
adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui
hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)
Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi, atau
berubah-ubah?Dalam hal ini, Zeno (490-430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu
sebenarnya khayalan belaka.Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan
Russel.Seperti yang dikatakan oleh Whitehead bahwa alam ini dinamis, terus
bergerak, dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir terus secara kreatif.
Di manakah yang ada itu? (Where is being?)
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam
ide, adi kodrati, universal, tetap abadi, dan abstrak.Sementara aliran
materilisme berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati,
individual, berubah-ubah, dan riil.
3. MANFAAT
MEMPELAJARI ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu
mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan
sistem pemikiran yang ada.
Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai
eksisten dan eksistensi.
Bisa
mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun
masalah, baik itu sains hingga etika
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat
menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno.Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti
teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.Pada dasarnya, ontologi membicarakan
tentang hakikat dari sutu benda/sesuatu.Hakikat disini berarti kenyataan yang
sebenarnya (bukan kenyataan yang sementara, menipu, dan berubah).Misalnya, pada
model pemerintahan demokratis yang pada umumnya menjunjung tinggi pendapat
rakyat, ditemui tindakan sewenang-wenang dan tidak menghargai pendapat
rakyat.Keadaan yang seperti inilah yang dinamakan keadaan sementara dan bukan
hakiki.Justru ya
Komentar